Aksesoris Batik Disuka Warga Canada
Berbagai aksesoris seperti kalung, giwang, bros, dan cincin dibawa warga Canada untuk diperjualbelikan kembali di negaranya.
Seniman perajin batik Prie Ernalia, M.Sn menyampaikan hal itu pada pameran peringatan 3 tahun Creative Woman Community (CWC) yang diselenggarakan di Trans Luxury Hotel, Bandung, Selasa (20/11/12).
Prie mengatakan, perkembangan aksesoris berbahan tembaga dengan motif batik, tidak terimbas tren aksesoris berasal dari Cina atau Korea. Aksesoris tembaga bermotif batik memiliki filosofi di balik setiap motifnya. Selain itu, kesan klasik juga sangat kuat sehingga tidak dapat dibandingkan dengan aksesoris biasa.
Aksesoris tembaga bermotif batik, terbuat dari tembaga dengan ornamen batik seperti “ukel” (lingkaran tak terputus), “cecek” (titik-titik), dll. Ornamen ini dituangkan di atas tembaga dengan desain-desain khusus yang kemudian disepuh perak atau emas atau dibiarkan dalam bahan tembaga aslinya sehingga terkesan klasik dan ekslusif.
“Desain dan makna filosofis ini yang menarik mereka,” demikian Prie.
Satu item aksesoris seperti kalung, dibanderol harga minimal Rp 400.000,- untuk pasar lokal/nasional dan menjadi Rp 750.000,- untuk pasar Canada. Tetapi di sana, kata Prie, mereka menjualnya 2-3 kali lipat dari harga di Indonesia.
Sedangkan untuk kain batik, warga Canada lebih menyukai batik berbahan warna alam. Pembatikan dengan bahan pewarna alam, kata Prie, memang belum banyak dilakukan karena produk yang dihasilkan tidak bisa sama dan tidak bersifat massal. Sedangkan para perajin batik, umumnya ingin mendulang jumlah produksi sedangkan batik berbahan pewarna alami tidak bisa menghasilkan karya dengan warna yang sama
Share This Article
Sign up Free Email Newsletter
Stay Updates with this Blog. Get Free email newsletter updates, Enter your Email here:Don't forget to confirm your email subcription
No Comment to “Aksesoris Batik Disuka Warga Canada”